Minggu, Oktober 12, 2025
Berita Madrasah

Siswa MTsN 8 Sleman Ikuti Asesmen Diagnostik Pemilu pada Pembelajaran Berbasis Proyek

Kemenag Sleman News (MTsN 8 Sleman) — MTsN 8 Sleman terus berkomitmen memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi para siswanya. Pada hari pertama rangkaian kegiatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Kokurikuler) Profil Pelajar Pancasila – Pemilu OSIS (PEMILOS), siswa juga mengikuti Asesmen Diagnostik Kognitif. Kegiatan ini menjadi langkah awal yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dasar siswa mengenai demokrasi, sistem pemilu di Indonesia, serta makna pelaksanaan PEMILOS di lingkungan madrasah.

Asesmen ini dirancang dalam bentuk soal daring yang mudah diakses oleh seluruh siswa. Fasilitator mengirimkan link asesmen ke grup kelas masing-masing, kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri menggunakan gawai pribadi mereka. Dengan format 25 soal pilihan ganda, asesmen tersebut menyajikan pertanyaan seputar prinsip-prinsip demokrasi, asas pemilu yang jujur dan adil, hingga peran generasi muda sebagai pemilih pemula. Melalui cara ini, siswa tidak hanya diuji pengetahuannya, tetapi juga diajak merefleksikan peran penting mereka dalam kehidupan berdemokrasi, baik di madrasah maupun di masyarakat luas.

Pelaksanaan asesmen ini tidak dimaksudkan untuk memberikan penilaian akhir, melainkan sebagai pemetaan awal sebelum siswa menerima materi lanjutan dari KPU Sleman dan kegiatan-kegiatan lainnya pada hari berikutnya. Dengan demikian, hasil asesmen dapat menjadi dasar dalam menyesuaikan metode pembelajaran yang lebih efektif. Harapannya, siswa tidak hanya memahami teori demokrasi secara tekstual, tetapi juga dapat melihat relevansinya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pelaksanaan PEMILOS sebagai bentuk nyata latihan berdemokrasi di tingkat madrasah.

Wakil Kepala Bidang Kurikulum MTsN 8 Sleman, Muhammad Arwani Munib, S.Th.I., M.Pd., menegaskan pentingnya asesmen diagnostik ini. Menurutnya, kegiatan tersebut membantu guru maupun fasilitator untuk mengetahui kesiapan siswa. “Asesmen diagnostik menjadi kunci bagi kami dalam menyusun strategi pembelajaran. Dengan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, penyampaian materi bisa lebih tepat sasaran. Ini juga sesuai dengan semangat pembelajaran mendalam yang menekankan pemahaman, bukan sekadar hafalan,” ujarnya dengan penuh optimisme.

Koordinator Materi, Ike Dewi Wijayanti, S.S., turut memberikan apresiasi terhadap keterlibatan aktif siswa dalam asesmen ini. Ia menekankan bahwa asesmen bukanlah sekadar ujian, melainkan sebuah proses belajar. “Melalui asesmen ini, siswa dipetakan pemahamannya. Nanti setelah ada materi dari KPU Sleman dan dari fasilitator di kelas, kami berharap mereka bisa lebih mendalami topik demokrasi dan pemilu. Kegiatan ini adalah jembatan menuju pembelajaran yang lebih bermakna dan aplikatif,” jelasnya.

Dari sisi peserta, siswa kelas VII E, Kalila,  mengaku bahwa soal-soal asesmen cukup menantang namun tetap menyenangkan untuk dikerjakan. “Soalnya banyak yang membuat saya berpikir. Saya jadi tahu dasar-dasar demokrasi, dan itu membuat saya lebih siap untuk besok saat mendapat materi dari KPU Sleman. Saya merasa lebih percaya diri karena sudah ada gambaran sebelumnya,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Kepala MTsN 8 Sleman, Agus Sholeh, S.Ag., dalam kesempatan terpisah memberikan dukungannya. Ia menilai bahwa asesmen ini merupakan bagian penting dalam mencetak generasi yang sadar demokrasi. “Kami ingin siswa MTsN 8 Sleman tumbuh sebagai pribadi yang kritis, bertanggung jawab, dan demokratis. Dengan asesmen diagnostik ini, mereka belajar mengenali diri sekaligus memahami tanggung jawab sebagai calon pemimpin masa depan. Inilah wujud nyata pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membentuk karakter,” ungkapnya dengan penuh harapan.

Dengan terselenggaranya asesmen diagnostik ini, MTsN 8 Sleman kembali menunjukkan konsistensinya dalam menghadirkan pembelajaran yang menyeluruh, menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan keterampilan. Kegiatan ini juga memperkuat komitmen madrasah dalam mengimplementasikan pembelajaran mendalam dan kurikulum berbasis cinta, sehingga siswa dapat merasakan bahwa belajar demokrasi bukan hanya teori, melainkan sebuah proses pembentukan sikap untuk menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. (idw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

♿ Aksesibilitas