“Bahtera Batik Sleman”, Karya Silvia Rachel Corrie Siswa MTsN 8 Sleman yang Memadukan Kekuatan Alam dan Lautan Nusantara

Kemenag Sleman News – (MTsN 8 Sleman) Kreativitas luar biasa kembali lahir dari tangan muda berbakat MTsN 8 Sleman. Kali ini datang dari Silvia Rachel Corrie, siswi kelas IX A yang menelurkan karya batik berjudul “Bahtera Batik Sleman”. Karya yang dikerjakan di atas media Primissima di atas remasol berukuran 50×50 cm ini tercipta pada tahun 2025 dan diikutsertakan dalam ajang Lomba Membatik di MA Raudatul Mutaqin pada Sabtu (8/11/2025). Dengan mengangkat kekayaan lokal dan semangat nasionalisme, karya ini bukan hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang persatuan antara daratan dan lautan Indonesia.
Dalam karyanya, Silvia mengusung motif Parijotho, tanaman khas lereng Merapi yang menjadi identitas budaya Sleman. Motif tersebut dipadukan dengan unsur bahtera yang melambangkan kehidupan maritim bangsa Indonesia. Melalui kombinasi dua unsur ini, Bahtera Batik Sleman menjadi simbol penyatuan antara dua kekuatan besar Nusantara — daratan yang subur dan lautan yang luas. Batik ini tidak hanya menjadi wujud karya seni, tetapi juga media ekspresi tentang bagaimana budaya lokal dapat berlayar membawa nilai-nilai luhur ke panggung nasional.
Secara visual, karya ini menampilkan bunga Parijotho yang menghiasi layar bahtera yang tengah berlayar di lautan. Motif Parijotho pada layar menggambarkan semangat masyarakat Sleman yang tangguh, berani menjelajah, dan berpegang pada akar budaya sendiri. Silvia menuturkan, “Parijotho itu simbol keteguhan dan keindahan alam Sleman. Ia tumbuh di lereng Merapi yang keras, tapi tetap mekar indah. Itulah semangat yang ingin kami tampilkan: kuat, anggun, dan berakar pada budaya sendiri,” ujarnya dalam pernyataan tertulis. Pernyataan tersebut menggambarkan kedalaman makna di balik setiap goresan canting yang dituangkan di atas kain.
Tak hanya berhenti pada keindahan motif flora, Bahtera Batik Sleman juga menampilkan gelombang laut bermotif mega mendung yang melambangkan dinamika kehidupan maritim Indonesia. Gelombang tersebut menjadi simbol perjalanan bangsa yang penuh tantangan namun tetap berlayar menuju masa depan. Silvia memadukan unsur darat dan laut secara harmonis, seolah menggambarkan bagaimana budaya Sleman yang berakar kuat tetap mampu mengarungi samudra perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri.
Dari sisi warna, karya ini memancarkan keindahan melalui paduan ungu Parijotho, biru laut, dan cokelat tanah. Warna ungu menandakan kemegahan dan keanggunan, biru laut menghadirkan kesan ketenangan dan kedalaman, sementara cokelat tanah mencerminkan keteguhan akar budaya. Kombinasi warna tersebut mempertegas pesan keselarasan antara alam Sleman dan lautan Nusantara. Dalam satu bentangan kain, Silvia berhasil menghidupkan semangat persatuan dan keseimbangan antara kekuatan alam serta jiwa manusia Indonesia.
Melalui Bahtera Batik Sleman, Silvia Rachel Corrie berharap masyarakat dapat melihat bahwa batik bukan sekadar busana tradisional, melainkan bahasa visual yang menyatukan perbedaan. “Melalui karya ini, saya ingin menunjukkan bahwa batik adalah simbol persatuan. Ia bisa menghubungkan daratan dan lautan, pegunungan dan samudra, budaya lokal dan semangat nasional,” ungkapnya. Baginya, setiap goresan lilin dan setiap gradasi warna adalah cara untuk bercerita tentang cinta pada tanah air.
Lebih dari sekadar karya lomba, Bahtera Batik Sleman menjadi simbol perjalanan identitas bangsa. “Bahtera ini bukan sekadar kapal, melainkan perjalanan identitas bangsa,” tambah Silvia. “Ketika motif Parijotho berlayar di atas ombak, kita melihat bagaimana akar budaya Sleman ikut menumbuhkan semangat persatuan Indonesia.” Dengan semangat muda dan kecintaannya pada budaya lokal, Silvia Rachel Corrie berhasil membuktikan bahwa batik tetap menjadi warisan hidup yang relevan dan mampu menyuarakan jati diri Indonesia di era modern. (adp)
